“Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.” Kalimat tersebut merupakan salah satu yang dikutip dari pidato Presiden Soekarno. Dari masa revolusi sampai saat ini ‘tempe’ dikaitkan dengan konotasi negatif yang berarti mudah menyerah dan lemah.
Walau tempe dan olahannya menjadi primadona di setiap makanan masyarakat Indonesia faktanya tempe saat ini berasal dari olahan kedelai impor. Negara seperti Amerika dan Brazil berhasil menguasai 80% pasar global termasuk Indonesia yang sebagian mengkonsumsi olahan kedelai. Di Indonesia sendiri volume ekspor Amerika mencapai 90% per tahun tertinggi pada tahun 2017. Sebuah negara yang memiliki produksi yang lebih kecil dibandingkan sisi konsumsinya dapat memenuhi kesenjangan tersebut dengan membeli dari negara lain (Mankiw 2003). Konteks inilah yang menjadi awal terminologi dari impor.
Data terbaru menunjukkan rata-rata produktivitas kedelai di Indonesia mencapai 14,56 ku/ha dengan Kalimantan Tengah sebagai provinsi dengan produktivitas tertinggi diatas 20 ku/ha. Budidaya monokultur dan ditanam di lahan sawah rawa lebah dinilai memiliki rata-rata produktivitas tertinggi. Data ini merujuk pada hasil Survei Ubinan BPS (2023). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tantangan perubahan iklim yang marak terjadi saat ini tidak mengurangi produktivitas kedelai.
Dengan memperhatikan besarnya kebutuhan kedelai dalam negeri untuk pasokan industri (tahu, tempe, kecap, dan sebagainya) yang menghasilkan bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, maka perlu diarahkan untuk dapat meningkatkan produksi kedelai dalam negeri dan memperkecil impor kedelai.
Apa Penyebab Ketergantungan Impor di Indonesia?
- Permintaan kedelai sebagai pemenuhan protein yang mudah ditemui di pasar untuk dikonsumsi langsung maupun tak langsung
- Luasan areal tanam yang menurun
- Industri pengolahan kedelai memiliki preferensi tinggi terhadap kedelai impor
- Alih fungsi lahan kedelai menjadi komoditas pangan lain yang lebih menguntungkan
- Kedelai lokal di Indonesia cenderung lebih mahal dibandingkan dengan harga kedelai impor
Berdasarkan uraian diatas, timbul pertanyaan mengapa produksi dan produktivitas kedelai di Indonesia rendah?
Pertanyaan tersebut perlu dilakukan adanya pengkajian secara komprehensif usahatani setiap petani kedelai meliputi pola tanam, teknologi produksi, luas lahan hingga pemasaran kedelai. Ukuran keberhasilan usaha tani dinyatakan dalam income statement meliputi analisis biaya dan penerimaan usaha tani. Selain itu, terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan usaha tani. Dijelaskan oleh Yolynda et al. (2015) faktor internal meliputi manajerial petani sebagai pengelola, lahan, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, dan kemampuan petani dalam mengaplikasikan penerimaan usaha tani. Sementara faktor eksternal usaha tani mencakup sarana transportasi dan komunikasi, aspek pemasaran, dan penyuluhan bagi petani
Banyak sekali ditemui petani kedelai dengan lahan sempit maupun luas yang memiliki pengelolaan lahan yang sangat sederhana dan kurang intensif. Misalnya penggunaan benih yang terlalu berlebih dan tidak menggunakan benih unggul karena tidak tersedia di pasar. Sementara faktor benih berkualitas sendiri mempengaruhi tingkat produksi. Penggunaan input lain seperti pupuk maupun pestisida yang tidak tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat sasaran berpengaruh dalam produksi kedelai. Usaha tani kedelai juga hanya diusahakan satu kali setahun dengan rata-rata luas lahan sempit dengan biaya produksi tinggi dan efisiensi rendah. Hal ini semakin menambah alasan perlu dilakukannya kajian komprehensif menyeluruh agar kedelai Indonesia dapat mengimbangi kedelai impor. Merujuk pada kalimat kutipan Presiden Soekarno sebelumnya, sebaiknya sebagai kita tidak mau lagi ditindas bangsa lain seperti tempe dan mampu berdiri di kaki sendiri. Tempe disini merujuk pada pembuatannya yang dimulai dengan penginjakan kedelai sebagai cara mengupas biji sebelum difermentasi
Strategi yang berkelanjutan dan optimasi lahan dapat mendukung peningkatan produktivitas kedelai terutama petani lokal Indonesia. Dengan langkah yang mengarah pada bangsa yang mandiri, kami siap mendukung petani lokal dalam meningkatkan produksi dan produktivitas kedelai di Indonesia dalam rangka mengimbangi kualitas dan harga kedelai impor. Selain itu, mendukung agar kedelai dapat bersaing dengan sumber protein lainnya termasuk protein hewani.