Optimisme Mewujudkan Kemandirian Pangan Melalui Swasembada Beras

Pemerintahan Presiden Prabowo-Gibran membawa misi utama menargetkan swasembada pangan dalam kurun waktu empat tahun. Masalah ini menjadi isu penting yang berdampak pada krisi pangan pertumbuhan penduduk tinggi setiap tahun. Pandangan pesimis ini juga didukung dengan teori Malthus yang menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan kemelaratan jika tidak dikendalikan dengan baik (Rochaida 2016). Tingginya konsumsi beras di Indonesia menjadikan Indonesia sebagai negara sebagai pengkonsumsi beras tertinggi di Asia. Tercapainya ketahanan pangan harus diiringi dengan strategi peningkatan produksi dan produktivitas sektor pertanian. Strategi tersebut secara tidak langsung mencakup bagian dari upaya mempertahankan swasembada beras. 

Gejolak sosial dan politik akan mengancam suatu negara apabila ketersediaan pangan tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat di dalamnya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 menjelaskan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Dengan mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan keamanan pangan, ketahanan pangan dapat diperkuat. Berdasarkan konsep ketahanan pangan dapat disimpulkan pula swasembada beras adalah keadaan suatu negara dapat memenuhi konsumsi berasnya melalui produksi beras dalam negeri. Oleh karena itu, pertanian adalah fondasi bagi pertumbuhan ekonomi. 

Kementerian Pertanian berupaya meningkatkan produksi dan produktivitas padi untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di Indonesia. Dengan mencapai swasembada beras, mereka percaya bahwa kesejahteraan petani akan meningkat dan angka kemiskinan dapat ditekan. Strategi yang didorong mencakup intensifikasi, yaitu peningkatan produktivitas tanaman padi, serta ekstensifikasi melalui perluasan area lahan pertanian.Faktanya, saat ini Indonesia masih melakukan impor beras. Masalah dapat muncul ketika harga beras berfluktuasi, misalnya kenaikan harga menyebabkan banyak spekulasi dan manipulasi dalam perdagangan beras oleh pedagang apabila tidak melakukan impor beras, sehingga menyebabkan terjadinya ketimpangan distribusi kelangkaan beras (McCulloch dan Timmer 2008).

Lalu, Bagaimana cara mencapai produksi padi untuk Swasembada Beras?

  1. Pengembangan smart agriculture dari hulu sampai hilir dan modernisasi sarana-prasarana pertanian
  2. Optimasi lahan tidur untuk kegiatan pertanian, perkebunan, serta peternakan 
  3. Pengembangan korporasi pertanian sebagai saran pembentukan petani milenial melalui kewirausahaan bidang agrikultur
  4. Memperpendek rantai distribusi.
  5. Penguatan kelembagaan dan dukungan jaminan usaha atau asuransi petani sebagai sarana peningkatan kualitas sumber daya manusia
  6. Kebijakan pemerintah yang sesuai dengan keadaan dan kondisi pertanian saat ini

Swasembada beras harus terus diupayakan dan tetap menjadi salah satu prioritas kebijakan pemerintah, meskipun konsepsi swasembada telah berubah dengan membuka kemungkinan impor sampai batas tertentu yaitu pada saat kekeringan dan melakukan ekspor pada saat surplus. 

Agro Indo Mandiri akan turut serta mendukung swasembada beras dengan  mendorong petani untuk meningkatkan produksi beras dalam negeri melalui pendampingan pertanian  intensif, dan pelatihan untuk membantu petani mengoptimalkan hasil panen melalui pendekatan intensifikasi. Selain itu, kami turut mendukung program ekstensifikasi dengan memberikan rekomendasi dan dukungan untuk pengelolaan lahan yang efektif dan berkelanjutan. Bersama, kita dapat menciptakan ekosistem pertanian yang lebih maju, meningkatkan kesejahteraan petani, dan memastikan ketersediaan pangan yang cukup untuk seluruh masyarakat Indonesia. Inilah saatnya bekerja bersama untuk masa depan pertanian yang lebih cerah!

Facebook
Twitter
LinkedIn